Hari ini sebenarnya saya lagi dalam posisi sangat sibuk, disamping sedang sibuk buat persiapan ARTSI 2012 di lawu besok, juga deadline laporan itu entah disegaja atau bukan harus selesai besok, fiiuuh paling males deh, kalau dikejer-kejer laporan begini, pasti langsung galau bukan main...
tapi saya mau sedikit relax dengan curhat ke blogger sekalian menghilangkan rasa penat.
Yah, begitulah yang namanya mahasiswa farmasi ga ada rasanya kalau ga ada deadline laporan. apalagi di semester 5 ini praktikumnya seabbrekk. (-__-")
Kita ga cuma disibukin sama laporan loh, mata kuliah yang bahkan 2 kali lipat berbahaya buat yang ga kuat menghadapinya, juga sudah siap buat menerkam kita. masalahnya obat itu hubungannya sama nyawa manusia, makannya kita dididik buat bener-bener expert di dunia itu.
Asal tau saja, dosen-dosen kami menyarankan untuk pindah jurusan sekarang kalau merasa jurusan ini bukan kalian banget. karena ya farmasi itu memang susah
Jadi ingat kajadian senin lalu, saat mata kuliah Pelayanan Informasi Obat yang diampu oleh bu Yosi. Ibu Yosi menanyakan siapa saja yang sejak dari awal memang ingin farmasi?. hanya sedikit yang menunjukkan jarinya termasuk saya disana, banyak alasan dari mereka, mulai yang di suruh orang tua, yang gara-gara suka kimia, dan alasan yang lain.
pertanyaan itu jadi membuat saya berusaha mengingat kenapa dulu saya memilih farmasi. Awalnya jurusan ini hanya pelarian saya dari doktrin mama yang mengharuskan saya untuk masuk kedokteran. Cuma karena saya itu takut kalau liat darah manusia dan takut lewat UGD saya berusaha keras buat bilang ke mama kalau kedokteran itu bukan saya banget. memang dulu saya kepingin jadi dokter, sempat juga iseng tes kedokteran, dan masuk. Mama girang baget waktu itu, cuma seingat saya syaratnya harus ngasih uang 50 juta dulu baru clear saya bisa masuk kedokteran. Bukan masalah uang sebenarnya, cuma saya yang lagi-lagi nolak mentah-mentah karena benar-benar gak mau jadi dokter.
Saat kelas 11 SMA sewaktu penentuan jurusan IPA atau IPS saya memang masih yakin untuk memilih kedokteran, makannya saya memilih IPA. waktu itu saya tidak sengaja dengar ibu teman saya yang notabene seorang dokter bilang ke mama, kalau sekarang apoteker sedang banyak dibutuhkan. saya yang tadinya hanya berfikir apoteker hanya sebagai "tukang jaga apotek" mulai penasaran, saya mulai mencari tahu tentang kompetensi dan peluang dari apoteker ini. mama agak terpengaruh juga sih waktu itu, beliau bilang enak jadi apoteker datang sebulan sekali hanya untuk mengambil gaji (-__-")
"Jangan di tiru yah blogerwan dan blogerwati, itu lah yang membuat apoteker kurang terkenal, seharusnya apoteker itu melayani masyarakat bukan seperti itu, dont try this at pharmacy"
Dan tibalah masa galau, masa kelas 12 SMA, masa dimana kita harus memilih jalan hidup kita, Mama tetap pada pendiriannya agar saya memilih kedokteran. tapi setelah saya konsultasi dengan banyak guru pada waktu itu, memang beliau-beliau setuju jika saya mengambil jurusan farmasi, katanya analisis saya bagus selain itu nilai biologi dan kimia saya juga lumayan bagus. dan saya memang sangat menyukai kimia, tapi lebih suka matematika sebenarnya, hehehe...
Ibu guru Bimbingan konseling bilang biasanya masalah pekerjaan itu genetik, kalau bapak ibunya kerja apa, anak nya biasanya ga jauh-jauh dari situ. nah Papa itu insinyur sarjana teknologi hasil pertanian UGM, kalau mama sih supervisor di GMP juga, bisa dibilang ke duanya bergerak dibidang pertanian lah, eyang-eyang saya juga pertanian, berarti saya harus ambil pertanian juga dong,
jadi kebetulan saat itu, saudara-saudara saya yang jarak umurnya berdekatan dengan saya tanpa sengaja semuanya mengambil kesehatan, ada dek Vita yang mengambil kedokteran di UNAIR, ada dek Vina yang KesMas di UNAIR dan dek Risky yang mengambil kesehatan Masyarakat di UI, dan ada juga dek Tomy yang mengambil Farmasi di UNAIR. melihat fakta yang terjadi saya semakin optimis dengan Farmasi ini.
Jadi saya punya kesimpulan, kalau orang tua saya itu gen nya pertanian dan saya maunya di farmasi, jadi bagaimana kalau saya mengembangkan tanaman obat saja. kebun obat mama juga lumayan banyak tanamannya. dari sana saya melihat prospek yang besar.
Sampai akhirnya dimana saat pemilihan Universitas diadakan, dimana pun saya mendaftar farmasi saya selalu di tolak, entah karena apa. yang jelas saat itu saya optimis bisa mengerjakannya. hal itu cukup membuat saya pesimis dan asal memilih jurusan.
tapi pada akhirnya, keisengan saya yang tidak sengaja mendaftar UII justru mengantarkan saya menjadi mahasiswa farmasi seperti sekarang ini. tentu saya senang sekali bisa masuk jurusan farmasi, walau ada sedikit keterpaksaan tadinya karena ini universitas swasta. tapi semakin kesii saya mulai sadar bahwa swasta atau negri its not a big problem, semua itu tergantung kita menjalaninya enjoy atau tidak. ya kaaaan????
Dan ini lah saya mahasiswa farmasi yang berangkat pagi pulang magrib demi sebuah pengabdian untuk masyarakat di masa depan.
OKE FARMASIS MUDA!!!