30 juni 2012, kemarin aku memutuskan untuk mengikuti OR
Pusat Studi Obat Herbal. Aku memang belum tentu diterima, namun dengan
mengikutinya kacamata pemikiranku tentang obat herbal berubah, dan dengan mudah
merubah main set ku untuk mengambil farmasi klinik dan komunitas.
Yah, aku kembali ke formasi awal dan tujuanku saat masuk
FARMSI dulu. Yap mengembangkan kebun tanaman obat mama untuk mengolahnya
menjadi sediaan obat yang benar-benar obat. Dengan kata lain aku mantap
mengambil Farmasi Bahan Alam, mungkin kata “Pantang Menyerah Sebelum Kalah”
cocok untuk ku saat ini. Nilai mata kuliah ku yang berhubungan dengan bidang
tersebut cukup jelek menurutku, hanya “C”. Kurang puas rasanya. Tapi itulah
tantangannya. Hidup kita takkan menjadi berwarna jika datar-datar saja, di
dalam kehidupan diperlukan tantangan untuk menjadikan kita lebih tegar
menghadapinya.
Aku pernah menghadiri suatu seminar, dan di seminar itu sang
narasumber memberikan pernyataan yang membuatku kurang setuju namun sempat juga
merubah main set ku untuk tetap d bahan alam. Beliau berkata bahwa Obat Helbal,
jamu, dan semacamnya seharusnya dihapuskan, karena efeknya sangat berbahaya,
efek terapinya memang bagus, namun efek toksiknya lebih besar dari itu.
Indonesia tidak pernah sampai tuntas meneliti tentang herbal, dari pada
menimbulkan masalah yang lebih besar sebaiknya obat herbal dihapuskan saja.
Saat itu saya lumayan kaget mendengarnya, dengan mudahnya mengatakan itu.
Sebenarnya kalau itu masalah penelitian sebenarnya mudah
saja, kita sebagai generasi muda lah yang harus tergerak untuk meneliti efek
dari tanaman obat tersebut sampai TUNTAS.
Jangan pernah menyerah dan terus berusaha. Obat konvensional juga gak
kalah bebbahaya kok, buktinya saja obat-obat kemoterapi yang sebenarnya hanya
menunda kematian dan mematikan perlahan.
Masalah Prospek dari obat herbal, saya rasa tidak kalah
menguntungkannya. Mamaku selama ini menjual obat yang berasal dari tanaman obat
hasil racikannya, alhamdulillah laku-laku saja. Kadang, tanaman obatnya justru
dijual sama mama. Masih ingat dulu aku sering memasukkan serbuk-serbuk
sambiloto kedalam kapsul, dan mama menjualnya. Padahal dosis yang dipakai juga
belum jelas. LAKU kan. Nah, sebagai farmasis kita dapat memberikan info kepada
masyarakat tentang apa manfaat dari tanaman obat tersebut, selain itu kita
dapat memberikan dosis yang tepat beserta cara pemakaiannya pada masyarakat
umum. Keren kan, smoga saya benar-benar teguh di jalan ini. Amin
WISH ME LUCK