Ada apa aja?

Jumat, 29 Juni 2012

Tentang Minat Farmasi Bahan Alam


30 juni 2012, kemarin aku memutuskan untuk mengikuti OR Pusat Studi Obat Herbal. Aku memang belum tentu diterima, namun dengan mengikutinya kacamata pemikiranku tentang obat herbal berubah, dan dengan mudah merubah main set ku untuk mengambil farmasi klinik dan komunitas.

Yah, aku kembali ke formasi awal dan tujuanku saat masuk FARMSI dulu. Yap mengembangkan kebun tanaman obat mama untuk mengolahnya menjadi sediaan obat yang benar-benar obat. Dengan kata lain aku mantap mengambil Farmasi Bahan Alam, mungkin kata “Pantang Menyerah Sebelum Kalah” cocok untuk ku saat ini. Nilai mata kuliah ku yang berhubungan dengan bidang tersebut cukup jelek menurutku, hanya “C”. Kurang puas rasanya. Tapi itulah tantangannya. Hidup kita takkan menjadi berwarna jika datar-datar saja, di dalam kehidupan diperlukan tantangan untuk menjadikan kita lebih tegar menghadapinya.

Aku pernah menghadiri suatu seminar, dan di seminar itu sang narasumber memberikan pernyataan yang membuatku kurang setuju namun sempat juga merubah main set ku untuk tetap d bahan alam. Beliau berkata bahwa Obat Helbal, jamu, dan semacamnya seharusnya dihapuskan, karena efeknya sangat berbahaya, efek terapinya memang bagus, namun efek toksiknya lebih besar dari itu. Indonesia tidak pernah sampai tuntas meneliti tentang herbal, dari pada menimbulkan masalah yang lebih besar sebaiknya obat herbal dihapuskan saja. Saat itu saya lumayan kaget mendengarnya, dengan mudahnya mengatakan itu.

Sebenarnya kalau itu masalah penelitian sebenarnya mudah saja, kita sebagai generasi muda lah yang harus tergerak untuk meneliti efek dari tanaman obat tersebut sampai TUNTAS.  Jangan pernah menyerah dan terus berusaha. Obat konvensional juga gak kalah bebbahaya kok, buktinya saja obat-obat kemoterapi yang sebenarnya hanya menunda kematian dan mematikan perlahan.

Masalah Prospek dari obat herbal, saya rasa tidak kalah menguntungkannya. Mamaku selama ini menjual obat yang berasal dari tanaman obat hasil racikannya, alhamdulillah laku-laku saja. Kadang, tanaman obatnya justru dijual sama mama. Masih ingat dulu aku sering memasukkan serbuk-serbuk sambiloto kedalam kapsul, dan mama menjualnya. Padahal dosis yang dipakai juga belum jelas. LAKU kan. Nah, sebagai farmasis kita dapat memberikan info kepada masyarakat tentang apa manfaat dari tanaman obat tersebut, selain itu kita dapat memberikan dosis yang tepat beserta cara pemakaiannya pada masyarakat umum. Keren kan, smoga saya benar-benar teguh di jalan ini. Amin
WISH ME LUCK 

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah... sukses ya,... semoga menjadi herbalist yang mumpuni :)

Saya dulu juga paling benci dengan farmakognosi. Satu2nya matakuliah yang pernah kena her ujian. Tapi sekarang saya lanjut sekolah di bidang ini :)

Nasib memang tak bisa ditebak... :)

LannyRKD mengatakan...

iya, semoga ini memang jalan kita yah
sukses yah

Posting Komentar

 

(c)2009 What story happen Lanny???. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger