Entahlah, sudah berapa kali kata-kata manis itu terucap. Bukan. bukan itu yang ku butuhkan. lebih baik pertemanan biasa saja. cukup proposional tak lebih tak kurang. buat apa jika kau datang dan pada akhirnya bergi tak berkabar. percuma rasanya interaksi yang baik selama ini. sempat menyesal pernah membukakan hati ini untukmu. seharusnya dulu ku anggap semua itu hanya candaan belaka.
Takkan lagi ku ulangi hal yang sama. mungkin sedikit menjaga jarak lebih baik. membatasi interaksi dan berusaha untuk tidak kepo. sungguh aku memang masih seperti anak kecil yang tak tau bagaimana cara mengungkapkannya. tapi tolong jangan buat hatiku menggambarkan ilusi palsu yang menyakitkan. dirimu baik, baik sekali malah. tapi dirimu meletakkan hati di setiap wanita yang kau temui. entahlah itu benar atau tidak. yang jelas itu hasil pengamatanku setelah kau menghilang tanpa jejak.
Aku pasif, kamu pasif. sudah jelas kita takkan bertemu. seharusnya kita memang saling melengkapi bukannya sama. takkan pernah berujung jika pada akhirnya sama. takkan pernah ada ujungnya.
Maka, untuk apa kata-kata manis jika tak ada ujungnya...........
Yah, mungkin saja ini hatiku yang salah, hati yang selalu berekspetasi terlalu besar. sudah cukup, aku tak mau terjerumus ke lubang yang sama berkali-kali. seolah-olah tak pernah belajar dari kesalahan. begitu susahnya memantapkan hati bahwa semua ini cuma ilusi. ilusi palsu yang sok.
sudah cukup. aku tak mau berekspetasi terlalu besar. ada wanita hebat lain yang menunggumu di belakang. dan yang jelas wanita itu bukan aku. aku yakin dia lebih cocok untukmu. sudah jangan datang lagi ke hatiku.
karena, aku sudah cukup menerima kata-kata manismu yang tak berujung itu
cerita di malam sendu,
Yogyakarta, 30 Januari 2014

0 komentar:
Posting Komentar